Selasa, 06 Maret 2012

Tugas Manajemen Stratejik ( Visi Dan Misi Perusahaan )

* PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Visi
To become a leading InfoCom player in the region
Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik.
Misi
Telkom mempunyai misi memberikan layanan ” One Stop InfoCom Services with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation ” dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif.
Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.

Silvia Ningsih
01109014
Ekonomi / Akuntansi

Senin, 02 Januari 2012

Tugas SIA

Business Process Reengineering
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Siklus Business Process Reengineering.
Business Process Reengineering (BPRRekayasa ulang proses bisnis) adalah pemikiran kembali secara fundamental dan perancangan kembali proses bisnis secara radikal, dihasilkan dari sumber daya organisasi yang tersedia.
BPR menggunakan pendekatan untuk perancangan kembali cara kerja dalam mendukung misi organisasi dan mengurangi biaya. Perancangan ulang dimulai dengan penaksiran level tinggi terhadap misi organisasi, tujuan strategis, dan kebutuhan pelanggan. Pertanyaan dasar yang ditanyakan seperti "apakah misi kita harus diperjelas? Apakah tujuan strategis kita berjalan beriringan dengan misi kita? Siapa pelanggan kita?"
 Pengertian lain
Business Process Reengineering dikenal juga dengan istilah Business Process Redesign (Perancangan Ulang Proses Bisnis), Business Transformation, atau Business Process Change Management. Business Process Reengineering (BPR) dimulai sebagai teknik sektor privat untuk mendukung organisasi secara fundamental memikirkan kembali bagaimana mereka mengerjakan bisnis yang mampu meningkatkan jasa kepada pelanggan, memotong biaya operasional dan menjadi kompetitor kelas dunia. Kunci utama dalam perancangan ulang adalah pengembangan sistem informasi dan jaringan. Organisasi-organisasi besar semakin banyak menggunakan teknologi ini untuk lebih mendukung proses bisnis yang inovatif dibanding memperbaiki metode kerja pada saat yang sama.
BPR meliputi analisis dan perancangan alir kerja (workflow) dan proses-proses dalam sebuah organisasi. Berdasarkan Daven ports (1990), proses bisnis adalah sekelompok tugas-tugas yang saling berhubungan secara logis, dilaksanakan untuk mencapai sebuah hasil bisnis yang jelas.
Re-engineering ("rekayasa ulang") adalah dasar dari perkembangan-perkembangan manajemen yang muncul belakangan ini. Tim lintas-fungsional (Cross-functional team), contohnya, telah banyak dikenal karena perannya dalam perancangan ulang tugas-tugas fungsional yang terpisah menjadi proses-proses lintas-fungsional yang lengkap.
Proses bisnis dapat disusun kembali menjadi aktivitas-aktivitas spesifik, diukur, dimodelkan dan diperbaiki. Dapat pula dirancang ulang secara keseluruhan atau dieliminasi sekaligus. Perancangan ulang mengidentifikasikan, menganalisa, dan merancang ulang proses inti bisnis organisasi dengan tujuan untuk mencapai hasil maksimal dalam ukuran kinerja kritis seperti biayakualitasjasa dan kecepatan.
Perancangan ulang membagi-bagi proses bisnis menjadi sub-sub proses dan tugas yang dilaksanakan oleh beberapa area fungsional terspesialisasi dalam organisasi. Seringkali tidak seorang pun yang bertanggung jawab atas kinerja keseluruhan proses. Perancangan ulang memaksimalkan kinerja subproses yang akan menghasilkan beberapa keuntungan, namun tidak menjanjikan peningkatan yang dramatis jika prosesnya sendiri tidak efisien dan tertinggal.
Untuk mencapai peningkatan yang maksimal dengan BPR, perubahan stuktur organisasi dan cara lain seperti pengelolaan dan pelaksanaan kerja saja dianggap belum cukup. Agar dapat mendapatkan keuntungan secara penuh, penggunaan Teknologi Informasi (TI) dianggap penting sebagai faktor kontributor utama.
Walau TI secara tradisional digunakan untuk mendukung fungsi bisnis yang tersedia, yaitu meningkatkan keefisienan organisasi, sekarang TI berfungsi sebagai pendukung bentuk-bentuk organisasi yang baru dan pola-pola kolaborasi dalam dan antara organisasi.
BPR memperoleh fondasinya dari berbagai disiplin ilmu, dan ada 4 bagian penting yang diidentifikasi untuk diubah dalam BPR – organisasiteknologistrategi dan manusia (organizationtechnologystrategy, and people) – dimana sebuah proses digunakan sebagai kerangka kerja (framework) untuk memperhitungkan dimensi-dimensi itu. Pendekatan ini secara grafis digambarkan dalam "Leavitt’s diamond".
Peran TI
Teknologi informasi berperan penting dalam konsep perancangan ulang. Pada masa sekarang, TI merupakan pendorong besar bagi beberapa bentuk kinerja dan kolaborasi di dalam dan luar organisasi.
Beberapa peran TI dalam BPR:
· Basis data yang dibagi-bagikan (shared databases), membuat informasi tersedia pada banyak tempat.
· Sistem ahli (expert systems) memungkinkan para generalis untuk melaksanakan tugas spesialis.
· Jaringan telekomunikasi (telecommunication networks), memungkinkan organisasi dapat disentralisasikan dan didesentralisasikan dalam waktu yang sama.
· Perlengkapan pengambilan keputusan (decision-support tools), memungkinkan pengambilan keputusan menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari.
· Komunikasi data tanpa kabel (wireless data communication) dan komputer yang mudah dibawa (portable computer), memungkinkan personel lapangan bekerja secara independent.
· Videodisk interaktif (interactive videodisk), untuk mendapatkan kontak langsung dengan pembeli potensial.
· Identifikasi otomatis dan pelacakang (automatic identification and tracking), memungkinkan sesuatu untuk melaporkan dimana mereka berada bukan menunggu untuk ditemukan.
· Perhitungan kinerja tinggi (high performance computing), memungkinkan perencanaan on-the-fly (diciptakan pada saat dibutuhkan) dan perbaikan.
Untuk membuat kinerja yang lebih baik, seperti sebuah perusahaan tidak membutuhkan proses perbaikan, tetapi bebrapa di antara nya malah melakukan inovasi. Pada tahun 80 an istilah TQM (Total Qouality Management) diperkel\nalkan sebagai alat untuk melakukan proses perbaikan, tapi di tahun 90an Business Process Reengineering (BPR) diperkenalkan sebagai inovasi proses terutama bagi perusahaan Amerika Serikat dikarenakan adanya daya saing dari perusahaan Jepang. Istilah TQM dan BPR merupakan istilah yang sama untuk Sistem Manajemen Mutu yang memiliki system yang sama.
Business Process Reenginering (BPR) merupakan sebuah konsep tentang proses perbaikan dengan melakukan proses perubahan yang radikal berdasarkan proses bisnis. Hammer and Champy (In Jones 1997) menjadikan dasar berfikir kembali (rethinking) dan perancangan kembali (redesign) secara radikal untuk perbaikan dalam kinerja yang kontemporer seperti biaya, kualitas layanan dan kecepatan. 
Terdapat lima langkah pendekatan model Business Process Reengineering menurut Davenport dan Short (1990) yaitu :
1. Mengembangkan visi dan proses tujuan bisnis. BPR yang mempunyai sebuah visi bisnis menunjukkan tujuan-tujuan yang spesifik seperti pengurangan biaya, pengurangan waktu dan peningkatan kualitas output.
2. Melakukan identifikasi terhadap proses bisnis yang akan di desain ulang, pada umumnya perusahaan menggunakan pendekatan yang berfokus pada proses yang paling penting atau yang mempunyai konflik yang paling tinggi dengan visi bisnis. Sedangkan beberapa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan pendekatan menyeluruh untuk mengidentifikasi semua proses dalam suatu organisasi dan prioritas dalam urutan redisgn.
3. Memahami ukuran dari proses yang ada untuk menghindari pengulangan kesalahan untuk untuk memberikan dasar dalam perbaikan di masa yang akan dating.
4. Mengidentifikasi tingkat kemampuan IT dalam mempengaruhi BPR.
5. Merancang dan membuat prototype proses yang baru.
Sedangkan menurut Johansson terdapat 3 tahap dalam BPR Life cycle :
1. Discover : yaitu menetapkan visi dan strategi bisnis
2. Redisign : meliputi semua aktivitas dan keahlian yang dibutuhkan 
3. Realize : teknik manajemen perubahan, pembentukan BPR team , komunikasi, pengukuran kinerja dan manajemen resistensi.
Kunci Keberhasilan BPR
Beberapa komponen merupakan factor yang sangat kritis terhadap sukses nya BPR. Pertama, pada tahap awal BPR harus diintegrasikan dengan visi perusahaan, ttujuan dan strategi. Proses bisnis baru harus didesain dan konsisten dengan aspek-aspek perubahan. Tidak semua proses didalam organisasi harus didesain ulang. Beberapa proses mungkin memerlukan BPR sedang yang lainnya membutuhkan pendekatan perbaikan incremental seperti TQM. Hal ini merupakan ide yang baik untuk mengklasifikasikan proses dalam dua grup yang pertama terdiri dari proses yang membutuhkan perubahan inovatif sedangkan yang lain hanya membutuhkan perbaikan incremental. Antara proses yang membutuhkan perubahan yang inovatif adalah proses yang menciptakan nilai tambah terbesar untuk konsumen haruslah yang pertama kali didesain ulang.
Kedua komitmen manajemen puncak, dan pengetahuan dari BPR dibutuhkan untuk sukses nya proyek BPR. Komitmen dan sponsorship dibuthkan selama proyek BPR. Manajemen puncak diinformasikan selama proses BPR melalui komunikasi dengan tim perubahan. Ketiga, kelayakan dari BPR harus melaui penelitian “financial capability technological ability, managerial/operational ability” dari organisasi harus dinilai. Perusahaan harus mengevaluasi kapasitas mereka dalam mendukung suskes nya BPR. 
Keempat, perubahan organisasi mengakibatkan perubahan budaya organisasi, system nilai, gaya manajemen harus disesuaikan dengan redesain proses. BPR yang sukses membutuhkan restrukturisasi yang lengkap pada penggerak kunci dari perilaku organisasi. Peranan dan tanggung jawab, pengukuran kinerja dan insentif, struktur organisasi, IT, system nilai dan keahlian harus diubah sebagai hasil dari BPR. Kelima, implementasi harus dimulai dari tahap awal dan seluruh organisasi harus terlibat di dalam perubahan proses terutama perencanaa perubahan proses dibutuhkan untuk suksesnya BPR.
Terakhir, BPR harus terintegrasi dengan process-based management tools yang lain seperti TQM, benchmarking, process mapping dan team based operation. Inovasi radikal dan continous improvement dapat dicapai secara stimultan dengan menintegrasukan process-based management diatas.
Kegagalan Penerapan BPR
Perusahaan memiliki keinginan untuk mengubah ketidakefisienan proses yang mengakibatkan menurunnya pangsa pasar, ketidakpuasaan pelanggan, saingan dan tantangan. Kesalahan dalam penerapan BPR seringkali terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap BPR itu sendiri, BPR sering dianggap sebagai reengineerimg yang sifatnya imtuitif, kreatif dan bukannya sebagai usaha dari suatu teknik disiplin. Ketidakmampuan untuk melakukan BPR terjadi karena beberapa alasan yaitu kurang nya metodologi yang aktif, proses dan tujuan yang salah pada teknologi informasi dan kurang nya pengelolaan komitmen

PENGERTIAN PROTOTYPE 

Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangat lunak yang banyak digunakan. Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. 
Sering terjadi seorang pelanggan hanya mendefinisikan secara umum apa yang dikehendakinya tanpa menyebutkan secara detal output apa saja yang dibutuhkan, pemrosesan dan data-data apa saja yang dibutuhkan. Sebaliknya disisi pengembang kurang memperhatikan efesiensi algoritma, kemampuan sistem operasi dan interface yang menghubungkan manusia dan komputer.
Untuk mengatasi ketidakserasian antara pelanggan dan pengembang , maka harus dibutuhakan kerjasama yang baik diantara keduanya sehingga pengembang akan mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak mengesampingkan segi-segi teknis dan pelanggan akan mengetahui proses-proses dalm menyelasaikan system yang diinginkan. Dengan demikian akan menghasilkan sistem sesuai dengan jadwal waktu penyelesaian yang telah ditentukan.
Kunci agar model prototype ini berhasil dengan baik adalah dengan mendefinisikan aturan-aturan main pada saat awal, yaitu pelanggan dan pengembang harus setuju bahwa prototype dibangun untuk mendefinisikan kebutuhan. Prototype akan dihilangkan sebagian atau seluruhnya dan perangkat lunak aktual aktual direkayasa dengan kualitas dan implementasi yang sudah ditentukan.
Tahapan-tahapan Prototyping
Tahapan-tahapan dalam Prototyping adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan kebutuhan.
Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
2. Membangun prototyping.
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output).
3. Evaluasi protoptyping.
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginann pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah 4 akan diambil. Jika tidak prototyping direvisi dengan mengulangu langkah 1, 2 , dan 3.
4. Mengkodekan system.
Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai.
5. Menguji system.
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur dan lain-lain
6. Evaluasi Sistem.
Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan . Juka ya, langkah 7 dilakukan; jika tidak, ulangi langkah 4 dan 5.
7. Menggunakan system.
Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan.
Keunggulan dan Kelemahan Prototyping.
Keunggulan prototyping adalah:
1. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan
2. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan
3. Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan system
4. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan system
5. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya.
Kelemahan prototyping adalah :
1. Pelanggan kadang tidak melihat atau menyadari bahwa perangkat lunak yang ada belum mencantumkan kualitas perangkat lunak secara keseluruhan dan juga belum memikirkan kemampuan pemeliharaan untuk jangja waktu lama.
2. Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek. Sehingga menggunakan algoritma dan bahasa pemrograman yang sederhana untuk membuat prototyping lebih cepat selesai tanpa memikirkan lebih lanjut bahwa program tersebut hanya merupakan cetak biru sistem .
3. Hubungan pelanggan dengan komputer yang disediakan mungkin tidak mencerminkan teknik perancangan yang baik.
Prototyping bekerja dengan baik pada penerapan-penerapan yang berciri sebagai berikut:
1. Resiko tinggi Yaitu untuk maslaha-masalah yang tidak terstruktur dengan baik, ada perubahan yang besar dari waktu ke waktu, dan adanya persyaratan data yang tidak menentu.
2. Interaksi pemakai penting . Sistem harus menyediakan dialog on-line antara pelanggan dan komputer.
3. Perlunya penyelesaian yang cepat.
4. Perilaku pemakai yang sulit ditebak
5. Sitem yang inovatif. Sistem tersebut membutuhkan cara penyelesaian masalah dan penggunaan perangkat keras yang mutakhir
6. Perkiraan tahap penggunaan sistem yang pendek
Terdapat 3 pendekatan utama prototyping, yaitu:
· THROW-AWAY
Prototype dibuat dan dites. Pengalaman yang diperoleh dari pembuatan prototype digunakan untuk membuat produk akhir (final), kemudian prototype tersebut dibuang (tak dipakai).
· INCREMENTAL
Produk finalnya dibuat sebagai komponen-komponen yang terpisah. Desain produk finalnya secara keseluruhan haya ada satu tetapi dibagi dalam komonen-komponen lebih kecil yang terpisah (independent).
· EVOLUTIONARY
Pada metode ini, prototipenya tidak dibuang tetapi digunakan untuk iterasi desain berikutnya. Dalam hal ini, sistem atau produk yang sebenarnya dipandang sebagai evolusi dari versi awal yang sangat terbatas menuju produk final atau produk akhir.
Dalam software engineering telah dikenal banyak tools (computer-base system) yang dikenal dengan Computer-Aided Software Engineering (CASE). CASE merupakan suatu teknik yang digunakan untuk membantu satu atau beberapa fase dalam life-cycle software, termasuk fase analisis, desain, implementasi dan maintenance dari software tersebut. 
Manfaat CASE tools untuk software engineer dijabarkan sebagai berikut:
1. CASE tools memperbesar kemungkinan otomatisasi pada setiap fase life-cycle software. 
2. CASE tools sangat membantu dalam meningkatkan kualitas design model suatu software sebelum software itu dibangun/dikembangkan, baik itu untuk software yang dibangun dalam simple maupun complex environment. 

Ada banyak tools yang mendukung pembangunan/pengembangan suatu software. Agar tidak membingungkan, CASE tools dibagi menjadi beberapa kategori:

1. Information engineering-supporting products. Ada beberapa proses dari life-cycle, yang dihasilkan dari rencana strategis dari perusahaan dan yang menyediakan suatu repository untuk membuat dan memelihara enterprise models, data models dan process models. 

2. Structured diagramming-supporting products. Produk ini sangat mendukung dalam memodelkan data flow, control flow dan entity flow. 

3. Structured development aids-providing products. Merupakan produk yang cocok digunakan oleh sistem analis, karena didukung oleh suatu proses terstruktur sehingga penganalisaan lebih cepat dan akurat. 


4. Application-code-generating products. Produk ini mampu menghasilkan application-code untuk tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh designer. 

TUGAS KELOMPOK

 jl.  Gunungsari
 jl. ngagel utara


ULASAN:
Gambar diatas  merupakan beberapa contoh baliho di Surabaya yang tidak beretika , terlihat  baliho di Jalan Ngagel utara yang terkesan ruwet dan tidak rapi, seperti  spanduk yang ditumpuk-tumpuk benar-benar membuat orang malas untuk melihatnya. Satu lagi yang di Jalan Gunung Sari kerangka reklame dibiarkan  begitu saja, hal sperti itu bisa membahayakan karena  jika  roboh akan merugikan masyarakat sekitarnya dan pengguna jalan.
Hal-seperti itu seharusnya bisa di antisipasi, jika mereka mematuhi etika yang berlaku, kesadaran diri dan peningkatan ketertiban lah yang harus lebih diperhatikan lagi. Karena keadaan  seperti itu selain membahyakan juga merusak keindahan pemandangan & tatanan kota.

Referensi Buku Etika Bisnis

Gambar : Halaman depan buku referensi mata kuliah Etika Bisnis

  1. Ringkasan Materi Bab 5 : Pendekatan Etis Untuk Pengambilan Keputusan ( Judul asli :Approaches to Ethical Decision Making )



Kerangka kerja Pengambilan Keputusan Etis ( EDM- Ethical Decision-Making Framework)
Keputusan atau tindakan yang dianggap etis atau "baik" jika sesuai dengan standar tertentu. Para Filsuf telah mempelajari standar merupakan hal penting selama ribuan tahun, dan ahli etika bisnisbaru telah menerapkan pada pekerjaan merekakedua kelompok telah menemukan bahwa satustandar saja tidak cukup untuk memastikan keputusan etisAkibatnya EDM kerangka kerjamengusulkan bahwa keputusan atau tindakan dapat dibandingkan pada empat standar penilaian yang komprehensif untuk perilaku etis, yaitu :
  1. konsekuensi atau well-offness dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya
  2. hak dan kewajiban yang terkena dampak
  3. keadilan yang terlibat
  4. motivasi atau kebajikan yang diharapkan
Consequentialists bermaksud memaksimalkan utilitas yang dihasilkan oleh keputusan.
Konsekuensialisme berpendapat bahwa tindakan yang secara moral benar jika dan hanya jikatindakan yang memaksimalkan kebaikan.Dengan kata lain, suatu tindakan dikatakan itu keputusanetis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi negatifnya.


Investor etis dan investor lainnya, serta kelompok stakeholdercenderung tidak mau memeraskeuntungan terakhir dari keuntungan dari tahun berjalan jika itu berarti merusak lingkungan atau hak stakeholder lainnyamereka percaya dalam mengelola korporasi satu dasar yang lebih luas daripada keuntungan jangka pendek saja, biasanya, maksimalisasi keuntungan dalam kerangka waktu yang lebih lama dari satu tahun membutuhkan hubungan harmonis dengan kelompok stakeholder yang paling banyak dan kepentingan mereka. perusahaan menemukan bahwa di masa lalu mereka telahsecara sah dan bertanggung jawab kepada pemegang saham pragmatistetapi mereka juga menjadi semakin bertanggung jawab kepada para pemangku kepentingan.


Banyaknya stakeholder dan kelompok-kelompok pemangku kepentingan membuat keinginan untuk mengidentifikasi satu pegangan umum kepentingan yang akan digunakan untuk fokus analisis dan pengambilan keputusan pada dimensi etis.Untungnya, pembuat keputusan dapat mengkonsolidasikan kepentingan kelompok stakeholder ke dalam tiga pengadaan umum berikut,fundamental, dan kepentingan: 
  1. kepentingan mereka harus lebih baik sebagai hasil dari keputusan
  2. keputusan mereka harus menghasilkan distribusi yang adil dari manfaat dan beban
  3. keputusan tidak boleh menyinggung salah satu hak dari setiap stakeholder, termasukpembuat keputusan 
Pengukuran Dampak yang Dapat Diukur
Keuntungan adalah dasar untuk kepentingan pemegang saham dan sangat penting untukkelangsungan hidup dan kesehatan perusahaan kita. Keuntungan adalah ukuran jangka pendekdan bahwa beberapa dampak penting tidak tertangkap dalam penentuan laba.


Item tidak termasuk labaterukur secara langsung
ada dampak atau keputusan perusahaan dan kegiatan yang tidak termasuk dalam penentuan labaperusahaan namun menyebabkan dampak. Misalnya, ketika sebuah perusahaan mencemaribiayapembersihan biasanya diserap oleh individuperusahaanatau kotaBiaya-biaya yang disebut sebagai eksternalitasdan dampaknya sering dapat diukur secara langsung dengan biayapembersihan yang dikeluarkan oleh orang lain.



Item tidak termasuk laba: tidak terukur secara langsung
Eksternalitas lainnya ada di mana biaya ini termasuk dalam penentuan keuntungan perusahaan,tetapi manfaat yang dinikmati oleh orang di luar perusahaan. Sumbangan atau beasiswa adalah contoh dari jenis eksternalitas
dan jelas akan menarik untuk memasukkan perkiraan manfaat yang terlibat dalam evaluasi secara keseluruhan keputusan yang diusulkan.
  
     2.  Ringkasan Materi Bab 6: Etika Mengelola Rrisiko dan Peluang ( Judul asli : Managing Ethics  Risks and Opportunities)

          Banyak ahli dan praktisi sukses, berlangganan ke pandangan bahwa karyawan memandang perlakuan mereka terhadap perusahaan menentukan apa yang karyawan pikirkan tentang program etika bisnis perusahaan. Akibatnya, jika suatu organisasi ingin karyawan untuk mengamati satu setnilai-nilai etika perusahaan, para pekerja harus yakin bahwa organisasi benar-benar berarti apa yang dikatakannyadan harus ada tingkat kepercayaan yang memungkinkan keyakinan ini untuk berkembangmemperlakukan karyawan yang tepat bukan hanya etika, sangat penting untuk merekamelaksanakan program etika organisasi dan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan.

          Sebagai paradigma akuntabilitas perusahaan terus bergeser ke arah meningkatkan akuntabilitas kepada stakeholdersmanajer dan akuntan profesional harus terlibat sebagai desainer,mempersiapkandan penyedia jaminanmengembangkan sistem akuntabilitas sosial yang efektifakan sangat memudahkan manajemen yang lebih baik dari budaya etis organisasi dan kinerjaitu akan bernilai baik waktu untuk memantau inisiatif baru di daerah ini, termasuk pedoman pelaporankeberlanjutan yang merupakan bagian dari Global Reporting Initiativedan Standar Akuntabilitas baruDari Institut Akuntabilitas Sosial dan Etika.

          Perusahaan modern dan organisasi lain sukses karena mereka menciptakan,mempertahankan atau menginformasikan pada nilai. Akhirnya, keberhasilan tergantung padadukungan yang mereka timbulkan dari para pemangku kepentingan merekadan bahwa tergantung pada penghormatan yang ditampilkan untuk harapan stakeholderPerilaku yang sesuai atau etiskarena itu terikat oleh harapan stakeholderdan perawatan yang ditampilkan untuk penciptaanbimbingan dan cara lain untuk mendorong karyawan untuk "melakukan apa yang benar".

         Dalam era baru akuntabilitas stakeholder, organisasi akan melakukan dengan baik untuk mengamati enam norma kejujuran, keadilanbelas kasih, integritas, prediktabilitasdanresposibilitasnilai-nilai ini harus dibangun ke dalam pemerintahan, manajemen risiko, strategi,operasipengambilan keputusan etispengungkapandan manajemen krisisReputasi dan suksestergantung pada hal tersebut, baik apakah Anda seorang direktur, eksekutif, maupun akuntanprofesional.